Jumat, 08 Oktober 2010

Aku bahagia jika kamu bahagia

Seminggu lagi merupakan hari yang menegangkan dan hari paling bahagia sepanjang hidupku. Aku akan dilamar oleh seseorang lelaki yang telah mengisi hidupku selama dua tahun. Ben Simatupang. Lelaki yang selalu menemaniku saat duka maupun bahagia. Ya, aku selalu bahagia dengannya. Sangat bahagia. Suatu pernikahan merupakan acara sakral bagi setiap pasangan yang saling mencinta.
Namun tiga hari sebelum acara lamaran, seseorang yang merupakan teman SMA-ku dan pernah mengisi hidupku dahulu datang dan hadir ke kantorku. Tanpa disengaja dan tanpa kuduga.
“Mas Rizky?” tanyaku sedikit terpana akan perubahan fisik dan style.
“Mayra, kan?” tanyanya heran dan memastikan.
Aku mengangguk. Malu. Entah apa yang ingin kukatakan. Hubunganku yang kujalin selama enam bulan tidak berhasil dengannya karena setelah lulus SMA ia melanjutkan kuliahnya di Amerika dan aku tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh. akhirnya kami memutuskan untuk berpisah hingga akhirnya aku bertemu dengan Ben.
“Kamu kerja disini, May?”
“Ia, Mas,” jawabku singkat.
“Sudah lama kita tak bertemu, bagaimana kalau kita berbincang sebentar sambil makan siang?”
Aku terdiam. Bingung. Belum pernah sebelumnya aku pergi dengan seorang pria hanya berdua saja selain Ben.
“Kamu keberatan?”
Aku menggelengkan kepala. Aku memutuskan untuk makan siang dengannya. Yahh aku pikir tak ada salahnya juga aku hanya berbincang seputar pekerjaan, mungkin. Akhirnya sampailah kami pada sebuah restaurant sea food dekat kantorku.
“Bukankah mas menetap di Amrik?” aku mengawali pembicaraan.
“Ya benar tetapi sekarang aku sedang mengunjungi keluarga. Aku juga ada urusan dengan direktur tempat kamu bekerja jadi kemungkinan aku akan balik lagi kesini,” jelasnya.
Mas Rizky terlihat memperhatikanku dengan seksama. Aku menjadi salah tingkah.
“May, apakah kamu masih menungguku??”
Ya Tuhan mengapa cobaan datang secepat ini. Dahulu aku sangat mencintai mas Rizky dan aku pernah berjanji untuk menunggunya namun karena aku tak sanggup dan Ben terlalu baik padaku, perasaan itu hilang. Ben selalu membuat aku lupa dan tidak mengingat mas Rizky lagi. Ben yang selalu menghadirkan semangat untukku. Namun kini kehadiran mas Rizky membuat jantungku berdebar-debar tak karuan. Kerongkonganku terasa kering. Tanganku gemetar saat mas Rizky menggenggamnya.
Tiba-tiba iPhone-ku berbunyi dan panggilan itu berasal dari Ben.
“Sayang, kamu dimana?” tanya Ben dari seberang telepon.
“A.. aku sedang makan siang,” jawabku sedikit gugup.
“Di kantor?”
“Bukan, di... di luar kantor Ben,”
“Pasti kamu makan sendiri lagi yaa? Lagi kepengen makan sea food kan kamu?” tanya Ben pasti dan hal itu benar. Ben yang mengetahui segala tentangku.
“I.. iya,” aku hanya bisa menjawab seperti itu.
Ah, baru kali ini aku membohongi Ben. Hal bodoh apa yang aku lakukan? Aku terus bertanya pada diriku sendiri.
Pandangan Mas Rizky mencuri pada wajahku sesekali.
Sebulan kemudian.
Setelah Ben dan keluarganya datang untuk melamarku, tanpa sepengetahuan Ben, aku menerima ajakan mas Rizky untuk bertemu ditempat dahulu kita sering menghabiskan waktu malam minggu di Excelso cafe blok M.
“May, aku selalu memikirkanmu...”
Aku tersentak saat mas Rizky berbicara seperti itu. Mas rizky menggenggam erat tanganku yang dingin dan menciumnya.
###
Sebuah email masuk dalam yahoo-ku.
Ben.simatupang@yahoo.com
Mayra, kemarin aku melihatmu bersama seseorang yang akhirnya kuketahui adalah kekasihmu sebelum kamu bertemu denganku. Kamu tak perlu khawatir karena aku sudah berbicara pada keluargaku dan keluargamu tentang pembatalan pernikahan kita. Doaku selalu indah untukmu. AKU BAHAGIA JIKA KAMU BAHAGIA. With love, Ben.
15/06/2010 Sunday
Rasanya aku seperti tersambar petir. Kuambil iPhone dan segera menelpon Ben.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif”

1 komentar:

 

Ninis Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | Illustration by Enakei | Blogger Blog Templates