Sabtu, 08 Oktober 2011

Mengunjungi Museum Layang-layang Indonesia

Hello, jalan-jalan gue kali ini mengunjungi sebuah Museum Swasta yang  di namakan Museum Layang-layang Indonesia tepatnya, di  Jl. H. Kamang. No.38 Pondok Labu, Jakarta. Siapa sih yang nggak kenal atau belum pernah ngeliat layang-layang? Pasti waktu kecil kita pernah bermain layangan kan, atau sekedar ngeliatin teman cowok kita yang main. Ternyata, banyak hal yang menarik dan unik tentang layang-layang yang  belum banyak orang tau, termasuk Gue sendiri. Untuk itu, Gue mengunjungi museum layang-layang Indonesia.
Kalo dari daerah rumah gue di Pasar Rebo cukup naik metromini 76 dan turun di lampu merah fatmawati kemudian naik angkot 01 yang berwarna putih lalu berhenti nggak jauh dari halte lebak bulus dan jalan agak masuk sedikit. Sesampainya disana seorang satpam yang ramah menghampiri Gue yang terlihat kebingungan. Setelah berbincang sedikit, Gue diantar menemui seorang Guide yang namanya Mas Ade, orangnya ramah dan humoris. Oh iya, untuk registrasi tiket masuk dikenakan biaya yang cukup murah yaitu 10.000 sudah termasuk pemutaran video sejarah layang-layang, touring sekitar museum, dan pembuatan layang-layang paperfold. Waw, banyak banget yang kita bisa dapetin kan?
Dari pintu gerbang sebelah kiri halaman depan, terlihat studio keramik yang terbuka. Gue penasaran dan segera menghampiri beberapa anak kira-kira berumur sekitar 7 sampai 10 tahun yang sedang asyik membuat dan membentuk hewan dengan bahan keramik. Ternyata, Museum layang-layang juga menyediakan berbagai macam workshop untuk umum yaitu membuat layang-layang Diamond, keramik, dan juga batik. Tak kalah menariknya ada juga workshop melukis pada layang-layang(polyester besar/kecil), payung, T-shirt dan Wayang. Untuk harga, berbagai jenis yang ditawarkan. Menurut brosur yang Gue baca, untuk membuat layangan diamond di kenakan biaya sebesar 12.500, untuk keramik di kenakan sebesar 50.000, untuk batik (minimal 5 orang) 40.000 semua sudah termasuk dengan alat dan bahan.
 Menurut Rhoda Baker dan Miles Denyer dalam book MAKING KITES yang Gue baca di Museum layang-layang,  perkembangan layang-layang terjadi di Eropa walaupun tidak menarik bagi anak-anak untuk memainkannya. Kemudian pada tahun 1949 serangkaian layang-layang digunakan untuk mengukur temperatur udara oleh Alexander Wilson. Tiga tahun kemudian, Benjamin Franklin yang terkenal dengan percobaannya bahwa petir adalah listrik juga sempat melakukan percobaan terhadap layang-layang. Untuk lebih lanjutnya, kunjungi deh Museum layang-layang Indonesia yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2003 oleh Ibu Endang W. Puspoyo.
 Penasaran kan? Pastinya Museum layang-layang membuat Gue untuk mengunjungi tidak hanya sekali. Tempatnya yang teduh dan rindang membuat Gue betah untuk berlama-lama disana sambil menikmati berbagai bentuk layang-layang yang unik. Mulai dari layangan kertas, batik, hewan, bahkan layang-layang tiga dimensi yang berukuran sangat besar. Museum layang-layang ini juga tempat yang efektif untuk mengajak keluarga dan anak karena berbagai macam edukasi bisa kita dapatkan untuk perkembangan anak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Ninis Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | Illustration by Enakei | Blogger Blog Templates