Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
1966
Sumber: Tirani dan Benteng
Puisi di atas karya Bapak Taufik Ismail(Budayawan). Pertama kali gue membaca puisinya ketika masih es em pe di soal ujian Bahasa Indonesia. dan beberapa waktu yang lalu ketika gue mendengar akan diadakan workshop jurnalistik bersama Bapak Taufik Ismail. Gue langsung telepon panitia dan mendaftar! Sayang acaranya cuma berlangsung sehari. Acara ini diselenggarain di Unj kebetulan dikampus gue sendiri. Kebanyakan bahkan 99 % yang menghadiri acara tersebut dari jurusan Bahasa dan sastra Indonesia. Ketika orang sekitar gue bertanya gw dari jurusan apa, mendengar jawaban gue "seni rupa" mereka kaget! sebenarnya nggak ada yang perlu di kagetin atau aneh. Dari smp gue emang udah seneng nulis dan ngurusin mading. Pas es em a, untuk pertama kalinya di sekolah gue ada ekskul mading dan gue yang di percaya untuk menjadi ketuanya. Mungkin karena gue menang lomba cerpen yang di adain di sekolah juga kali yaa. hehehe. Menulis nggak bisa lepas dari kehidupan gue sehari-hari. Nulis tugas, nulis cerpen, nulis puisi dll.
Seperti halnya tema workshop waktu itu "mengejar ketertinggalan 60 tahun dalam mengajarkan membaca buku dan menulis karangan di sekolah kita" oleh DR. Taufik Ismail. Dalam handout yang diberikan, kita di pacu untuk MEMBACA BUKU BANYAK dan MENULIS KARANGAN BANYAK yang mengakibatkan seseorang berfikir kritis. Tujuannya adalah agar membaca dan menulis menjadi sebuah kebutuhan dan memang di sukai. Hubungan membaca dan menulis seperti kakak dan adik kandung yang tidak bisa di pisahkan.
Oleh karena itu, Mari membaca dan menulis!!! Super!
Oleh karena itu, Mari membaca dan menulis!!! Super!
bersama Bapak Taufik Ismail |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar